Dinas Kominfo, Kota Tanjungpinang - Remaja disabilitas Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau tetap produktif di tengah masa pandemi Covid-19.
Pandemi Covid-19 tidak membuat mereka berhenti berkarya dan memproduksi batik khas Tanjungpinang dan tentunya mereka mampu memperolehi penghasilan.
Bagi remaja disabilitas ini, bisa produktif secara mandiri serta mendatangkan penghasilan menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi mereka. Rumah batik bedelau yang berlokasi di Kelurahan Melayu Kota Piring, Tanjungpinang menjadi sarana bagi kaum disabilitas untuk berkarya dan melatih kemandirian.
Di rumah batik ini, sekumpulan remaja penyandang disabilitas dilatih membatik, dari mulai mendesain, mencanting, mewarnai hingga mencetak kain batik dengan beragam motif dan corak.
Pendiri Rumah Bedelau Batik, Ishak Iskandar yang juga guru di SLB Negeri 1 Tanjungpinang mengungkapkan alasannya membuka usaha Batik, ia sengaja merintis usaha untuk memberikan kesempatan bagi anak didiknya yang ingin berkarya. Tak disangka, semangat remaja disabilitas begitu besar hingga kini mereka telah menghasilkan puluhan motif batik sejak dirintis 2019 lalu.
"Kita sudah tau yang selama ini setamat sekolahnya banyak yang jadi pengangguran, untuk kami buka la usaha ini agar mereka bisa berkarya dan melatih kemandirian," kata Iskandar, Selasa (21/4/2020)
Batik karya disabilitas ini telah banyak digunakan oleh berbagai kalangan hingga instansi pemerintah. Satu helai kain batik dijual bervarasi dari mulai Rp 150 ribu hingga Rp 250 ribu.
Di tengah pandemi Covid 19 seperti ini, mereka tetap berkarya dan memproduksi batik, tentunya dengan tetap menjaga jarak fisik serta membagi waktu produksi agar tidak berkerumun.
"Saat Covid-19 ini memang produksi kami menurun, selain itu sebagian besar anak-anak, kami rumahkan masing-masing, kalau ada pesanan, jumlah pekerjanya kami batasi," ujar Iskandar.
Rika Nilasari salah seorang pebatik disabilitas mengaku senang bisa diberi pelatihan membatik. Ia pun berharap dikemudian hari bisa membuka usaha batik sendiri dan mengajak teman disabilitas lainnya.
"Pengalaman saya selama di Rumah Bedelau Batik banyak sekali, dari mulai mendesain batik, canting, colet untuk batik tulis," kata Rika.
Rika berharap setelah mahir belajar membatik, ia ingin membuka usaha batik sendiri dan mengajak teman-teman disabilitas lain.
"Saya ingin mengajak teman-teman tuna rungu untuk membuat batik," imbuhnya.
Remaja disabilitas di Tanjungpinang ini membuktikan bahwa keterbatasan tidak menjadikan penghalang bagi mereka untuk terus berkarya dan mandiri. (Diskominfo)
GALLERY KEGIATAN
DOKUMENTASI GAMBAR BELUM TERSEDIA